Bagi
masyarakat Kampung Blogger di Magelang, Jawa Tengah, bekerja tidak selalu di
kantor. Cukup dengan membuka laptop dengan jaringan internet dari rumah, mereka
bisa berkomunikasi dengan orang di luar negeri dan memperoleh penghasilan
hingga ribuan dolar per bulan.
Kampung Blogger
TRI MUJOKO BAYUAJI, Magelang
Sekretariat
Kampung Blogger di kompleks perumahan Depkes, Magelang, hanyalah sebuah rumah
sederhana dua lantai. Setiap hari ada saja pengurus serta anggota yang datang
di sekretariat. Entah untuk urusan transaksi atau sekadar sharing.
"Kalau
akhir pekan, yang datang banyak. Tidak seperti hari biasa," ujar Toni
Putra, lurah Kampung Blogger, ketika ditemui di sekretariat, Kamis (2/1) lalu.
Kampung
Blogger kini telah berkembang menjadi komunitas bisnis berbasis IT yang
menghasilkan pendapatan yang tidak sedikit bagi anggotanya. Padahal, awalnya,
Kampung Blogger berkembang dari sebuah desa di pinggiran Kota Magelang. Namanya
Desa Menowo. Komunitas itu dipelopori seorang pemuda di desa tersebut, Sembodo
Malik, pada 2008.
Saat
masih kuliah di Jakarta, Sembodo punya pengalaman pribadi yang mengantarkan
dirinya hingga menggeluti bisnis di dunia maya itu. Pada 2006 hingga 2007,
sambil kuliah di sebuah kampus terkenal di ibu kota, dia punya "hobi"
membongkar pasang komputer. "Tiap tahun saya beli komputer baru untuk saya
bongkar," ujar Sembodo.
Jika
ada teknologi baru di sejumlah perangkat komputer, dia selalu mengikuti
perkembangan dengan membelinya. Namun, lama-kelamaan hobi gonta-ganti komputer
itu menguras uang kiriman orang tuanya.
"Uang
saya sering habis. Setiap hari hanya bisa makan pakai mi dan mi saja. Akhirnya,
saya masuk rumah sakit karena kurang gizi," cerita Sembodo lantas tertawa
mengenang peristiwa menggelikan itu.
Setelah
keluar rumah sakit, Sembodo mulai berpikir bagaimana bisa menghasilkan uang
untuk membiayai hidup dan kuliah di Jakarta. Dia lalu iseng searching lewat
mesin pencari di internet mengenai cara menghasilkan di dunia maya. Ternyata,
banyak cara yang ditawarkan.
"Secara
kebetulan, saya sudah memiliki buku terkait bisnis internet. Saya temukan di
bawah kasur," ujarnya.
Sembodo
lalu memutuskan untuk mempelajari dunia internet marketeer itu melalui bantuan
buku, referensi internet, serta bimbingan seorang teman warga negara asing.
Begitu
merasa siap terjun berbisnis, Sembodo kemudian nekat meminjam uang kepada
pacarnya yang kini menjadi istrinya untuk mencoba "pekerjaan baru"
yang ditekuninya. Uang itu lantas digunakan untuk membeli domain serta hosting
yang dia pakai sebagai sarana uji coba.
"Tiga
minggu pertama setelah terjun, saya tidak mendapat apa-apa," ungkap
Sembodo.
Dia
pun sempat khawatir tidak mampu mengembalikan uang pacarnya tersebut. Padahal,
nilainya tidak sedikit.Untungnya, pada minggu keempat, yang ditunggu-tunggu
akhirnya datang juga. "Saya mendapat USD 400. Wah, alangkah
senangnya."
Pada
bulan kedua, penghasilan Sembodo dari bisnis dunia maya meningkat menjadi USD
725, lalu USD 1.000. "Saya semakin bersemangat menggeluti bisnis
itu," tambahnya.
Di
sela-sela kesibukan barunya tersebut, pada 2008, Sembodo menyempatkan diri
pulang ke Magelang. Dia bertemu teman-teman di kampung halamannya. Dari situlah
"virus" bikin blog yang menghasilkan uang itu dia tularkan kepada
orang-orang di desanya.
"Waktu
itu yang pertama saya ajari si Toni. Buku ajar saya bawa ke Magelang. Toni juga
saya ajari lewat online setelah itu," jelasnya.
Motivasi
Sembodo untuk mengajari Toni sejatinya memiliki tujuan yang lebih besar. Dia
ingin memulai sesuatu yang bermanfaat tersebut kepada orang lain satu demi
satu. Dan, setelah Toni mampu menghasilkan uang dari bisnis internet itu, warga
Desa Menowo lainnya beramai-ramai tertarik untuk mencoba.
"Setelah
Toni, kemudian Mas Tomo (Wisnu Tomo, camat Kampung Blogger, Red) dan kemudian menyebar
ke warga yang lain," tuturnya.
Menurut
Sembodo, di Kampung Blogger ada peraturan tidak tertulis yang wajib dipatuhi
seluruh anggota. Setiap anggota yang sudah bisa atau paham mengelola blog wajib
mengajari mereka yang tidak bisa.
Kewajiban
itu terus berjalan ke warga yang lain lagi. Tak heran, hingga kini ada sekitar
60 warga Menowo yang mendalami bisnis via blog. Para remaja, penggembala
kambing, ibu rumah tangga, bahkan tentara dari Salatiga belajar ke kampung itu.
Namun,
ketika Sembodo memanen keuntungan yang berlipat-lipat, di sisi lain, dia nyaris
bangkrut. Itu terjadi ketika pada 2012 dirinya berusaha mengembangkan sayap
dengan membuka bisnis lain. Tabungan USD 29 ribu yang dikumpulkan selama ini
ludes setelah bisnis barunya itu gagal.
"Ya,
namanya anak muda, begitu sudah ongkang-ongkang kaki (hidup nyaman, Red), lalu
melirik bisnis lain. Tapi, saya gagal total. Tabungan saya habis masuk ke situ
semua," ujar pria 30 tahunan itu.
Keterpurukan
Sembodo juga berimbas kepada teman-temannya di Kampung Blogger. Sebab, setiap
usaha baru yang dilakoni Sembodo selalu diikuti teman-teman blogger yang lain.
Sembodo akhirnya kembali menjalani bisnis keyword internet yang dikuasainya
dengan bantuan teman yang mantan pegawai PLN yang kini juga terjun sebagai blogger.
Perlahan-lahan, penghasilannya dari menjual keyword di internet kembali pulih.
"Saya
dan Mbak Evi (temannya itu, Red) sekarang mendirikan usaha sendiri. Selain
ngeblog, juga bisnis lain," ungkapnya.
Nama
Kampung Blogger kini dikenal luas di kalangan blogger di seluruh Indonesia.
Sebab, siapa pun yang ingin belajar bisnis internet bisa belajar di Kampung
Blogger dengan gratis. Tak terhitung berapa kelompok blogger dari berbagai
daerah yang silih berganti berdatangan. Termasuk sosok internet marketeer
difabel Habibie Afsyah yang juga pernah belajar di sana.
"Ada kelompok dari Jawa Timur waktu itu belajar ke sini. Saya sampai menyediakan kos-kosan khusus untuk tempat tinggal mereka," timpal Toni Putra.
"Ada kelompok dari Jawa Timur waktu itu belajar ke sini. Saya sampai menyediakan kos-kosan khusus untuk tempat tinggal mereka," timpal Toni Putra.
Dia
memiliki kisah sukses tersendiri. Berkat bisnis internet itu, dirinya mampu
membeli sebuah Honda Jazz baru dan sebidang tanah untuk orang tuanya. Menurut
Toni, dirinya ingat betul betapa banyak warga di desanya yang ragu dengan
bisnis itu.
Namun, berkat semangat untuk saling berbagi, jumlah orang yang menggeluti bisnis ini terus bertambah.
Toni
bercerita, dirinya memiliki tetangga yang pesimistis dengan apa yang dia
jalani. Namun, begitu tahu bahwa pekerjaan itu halal dan menghasilkan, sang
tetangga mulai tertarik. "Dia bilang minta diajari. Dengan senang hati,
saya ajari dia bersama yang lain," ujarnya.
Seorang
bloger baru kini masih bisa menikmati penghasilan yang tinggi. Contohnya,
Wijayanto. Giant "panggilan Wijayanto" mengatakan bahwa dirinya
sangat terinspirasi kisah sukses para anggota Kampung Blogger. Awal 2013 Giant
masih menjadi staf pencari nasabah di sebuah bank. Pada Maret, Giant mencoba
dunia bisnis internet itu. Dia mencoba bisnis pay to review seperti yang
dilakukan Sembodo pada awal bisnisnya. Di akhir Maret Giant mantap memutuskan
mundur dari pekerjaan. "Di bulan April saya sudah mendapat USD 800,"
ujarnya. Kini bisnis internet Giant mampu menghasilkan sekitar USD 50 per hari
Sumber : Jpnn
0 comments:
Post a Comment